Selasa, 28 Juni 2011

MAKALAH FARMAKOLOGI sedatif hipnotik dan psikotropi

MAKALAH FARMAKOLOGI

SEDATIF HIPNOTIK DAN PSIKOTROPIKA DALAM IMPLIKASI KEPERAWATAN
                                                   





OLEH :

v              Eka Puji Astuti
v              Hamid
v              M.Irfan Ma’ruf
v              Mela Dian M.
v              Pit Sumardi
v              Windy Puspita S.


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES BAHRUL ‘ULUM TAMBAKBERAS
JOMBANG
2011
KATA PENGANTAR

            Pertama-tama penulis ingin mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, atas limpahan karunia , rahmat & hidayah-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan tigas makalah farmakologi tentang “SEDATIF HIPNOTIK DAN PSIKOTROPIKA DALAM IMPLIKASI KEPERAWATAN” dengan lancar.
               Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Faishol Roni,S.Kep, M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah farmakologi. Serta kepada teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
               Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi kepada semua pihak.








                                                                   Jombang, … Maret 2011


                                                                       

              

                                                                                                                Penulis










DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang
1.2.            Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
2.2. Implikasi Keperawatan
2.3. Diagnosa Keperawatan
2.4. Implementasi
2.5. Penyuluhan pasien/keluarga
2.6. Evaluasi


BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA



               











BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang 

Hipnotik-sedatif adalah obat depresan SSP yang tidak selektif, efek mulai ringan – berat (hilangnya kesadaran, anestesi, koma, mati).
Psikotropika adalah obat yang bekerja pada atau mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau pengalaman. Psikotropika adalah obat simptomatik, karena patofisiologi penyakit jiwa belum jelas. ECT (Elektro Convulsive Therapy) → masih digunakan untuk terapi depresi berat dengan kecenderungan bunuh diri.
Obat-obatan maka ini diproduksi untuk keperluan dunia medis untuk keprluan pengobatan. Karena daya kerjanya obat-obatan tersebut sangatlah keras, sehingga penggunaannyapun harus diawasi dan melalui resep dokter.
Obat-obatan yang dimaksud jika disalah gunakan akan berpengaruh dan merusak psikis maupun fisik dari si pemakai dan mengakibatkan ketergantungan sebagaimana narkotika lainnya.

1.1  Tujuan

Mempelajari farmakologi golongan sedative hipnotik dan psikotropika dalam implikasi keperawatan yang meliputi pengkajian status kesehatan yang diperlukan, diagnose keperawatan, implementasi, penyuluhan pasien/keluarga, dan evaluasi. sehingga dapat mengetahui apa yang harus di implementasikan kepada pasien  dan tidak menyalah gunakan penggunaan obat golongan ini.













BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Hipnotik-sedatif adalah obat depresan SSP yang tidak selektif, efek mulai ringan – berat (hilangnya kesadaran, anestesi, koma, mati). Sedatif digunakan dalam pengobatan cemas. Hipnotik digunakan untuk pengobatan insomnia. Ada yang berfungsi antikonvulsan: klorazepat, diazepam, fenobarbital.
Penggolongan obat-obatan hipnotik-sedatif :
  • Antihistamin: difenhidramin, hidroksizin, prometazin
  • Barbiturat: amobarbital, pentobarbital, fenobarbital, sekobarbital, tiopental
  • Benzodiazepin: alprazopam, klordiazepoksid, klorazepat, diazepam, flurazepam, lorazepam
  • Lain-lain: buspiron, kloralhidrat, meprobamat
Psikotropika adalah obat yang bekerja pada atau mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau pengalaman. Psikotropika adalah obat simptomatik, karena patofisiologi penyakit jiwa belum jelas. ECT (Elektro Convulsive Therapy) → masih digunakan untuk terapi depresi berat dengan kecenderungan bunuh diri.
Penggolongan obat-obatan psikotropika :
·        Anti Psikosis = neuroleptik = major tranquilizer
·        Anti Ansietas = anti neurosis = minor tranquilizer
·        Anti Depresi
·        Psikotogenik = psikotomimetik = psikodisleptik = halusinogenik
2.2 Implikasi Keperawatan
  • Pantau TD, nadi, nafas pada pemberian IV
  • Penggunaan jangka panjang pantau: depresi, kecenderungan bunuh diri, ketergantungan
  • Insomnia: kaji pola tidur sebelum, dan secara periodik selama terapi
  • Kecemasan: kaji tingkat kecemasan dan sedasi (ataksia, pusing dan bicara tidak jelas) sebelum, dan secara periodik selama terapi.
  • Kejang: observasi dan catat intensitas, durasi dan karakteristik kejang, lakukan tindakan kewaspadaan terhadap kejang
  • Spasme otot: kaji spasme otot, nyeri yang menyertai, dan keterbatasan gerak sebelum dan selama terapi
  • Gejala putus alkohol: kaji gejala putus obat: tremor, agitasi, delirium, halusinasi
2.3. Diagnosa Keperawatan
  • Gangguan pola tidur (indikasi)
  • Risiko tinggi cedera (efek samping)
  • Kurang pengetahuan sehubungan dengan program pengobatan (penyuluhan keluarga/pasien)
2.4. Implementasi
  • Awasi ambulasi dan perpindahan pasien setelah pemberian dosis hipnotik
  • Buang sigaret
  • Penghalang tempat tidur harus dipasang dan bel panggil harus terus berada dalam jangkauan setiap saat
  • Beri posisi rendah pada tempat tidur
2.5. Penyuluhan Pasien/Keluarga
  • Mempersiapkan lingkungan untuk tidur: ruang gelap, tenang, hindari nikotin dan kafein
  • Jika efek kurang efektif setelah beberapa minggu, konsultasikan ke dokter, jangan menaikan dosis
  • Penghentian obat secara bertahap, jangan mendadak (menghindari reaksi putus obat)
  • Dapat menyebabkan kantuk di siang hari, hindari nyetir, bekerja yang berisiko tinggi kecelakaan
  • Hindari alkohol dan depresan SSP lainya
  • Anjurkan lapor ke dokter jika berencana hamil atau mencurigai kehamilan
2.6. Evaluasi
Efektivitas obat ditunjukan dengan:
  • Perbaikan tidur
  • Berkurangnya tingkat kecemasan
  • Terkendalinya kejang
  • Berkurangnya spasme otot
  • Berkurangnya tremor
  • Mempunyai ide yang lebih rasional




BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Obat-obatan jenis hipnotik-sedatif dan psikotropika adalah berbagai macam jenis obat-obatan yang diproduksi untuk keperluan dunia medis untuk pengobatan.
Obat-obatan jenis hipnotik-sedatif dan psikotropika dalam penggunaannya harus dengan pengawasan dokter karena daya kerjanya obat-obatan jenis tersebut sangatlah keras dan menimbulkan keatian apabila terdapat penyalahgunaan.

3.2. Saran
      Karena daya kerjanya obat-obatan tersebu sangatlah keras, sehingga penggunaannyapun harus melalui resep dokter dan harus dalam pengawasan dokter. Obat-obatan yang diaksud tersebut jika disalah gunakan akan berpengaruh dan merusak psikis maupun fisik dari si pemakai dan engakibatkan ketergantungan, jadi hindari penyalah gunaan obat-obatan jenis hipnotok sedatif dan psikotropika karena termasuk obat-obatan narkotik.











DAFTAR PUSTAKA

Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC
Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI
Kee, Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC
Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008. BPOM Republik Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar